Selasa, 21 Maret 2017

Konstruksi Media

Konstruksi Media

Media Massa mengalami perubahan dari institusi edukasi menjadi institusi produksi. Sehingga visi media berubah dan membuat media bermasalah. Media merupakan agent of change namun juga sebagai agent destroyer yang memicu masalah.


A.   Mistisme Dan Tahayul

Tayangan mistik menjadi mainstream yang berarti televisi menayangkan acara mistis merupakan refleksi sosiologis yang dibutuhkan masyarakat dan membentuk konstruk sosial.
1.      Macam-macam tayangan mistis dan tahayul:
a. Mistik-semis sains, film mistis yang merupakan fiksi ilmiah. Tidak rasional namun memiliki kemungkinan kebenaran ilmiah.
b. Mistik-Fiksi, hiburan tidak masuk akal yang bertujuan menciptakan suasana.
c. Mistik-Horor, mistik eksploitasi dunia lain yang berhubungan dengan makhluk astral dan supranatural.
2.      Bahaya tayangan mistik dan tahayul
Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi konsumen media, salah satu efek media tersebut adalah efek keburukan yang dialami oleh masyarakat. Efek buruk selain berdampak pada kerusakan kognitif terutama anak-anak juga berbahaya pada kerusakan sikap dan perilaku. Kerusakan sikap seperti pembenaran terhadap konsisi hidup irasional, toleransi keburukan, dengki, iri hati, dan pesimif terhadap sikap mental serta penyakit hati.

B.    Pelecehan Seksual Dan Pornomedia

1.      Berawal dari Wacana Seks
Tubuh perempuan sebagai objek porno, lebih lama menjadi polemik karena adanya dua kutub dalam menilai tubuh manusia sebagai objek seks
Pertama: kelompok yang memuja-muja tubuh sebagai objek seks, sumber kebahagian, kesenangan, keintiman, status sosial dan seni
Kedua : kelompok yang menuduh seks sebagai objek / subjek dari sumber malapetaka bagi kaum perempuan itu sendiri.
2.      Pergeseran Konsep Pornografi
Awalnya sebelum masyarakat terbuka, tindakan pencabulan disebut dengan porno, kemudian ketika ide-ide porno tersebut dituangkan dalam media cetak/visual, maka istilah pornografi menjadi seing digunakan hingga berkembang media yang ada, istilah pronografi berubah konsep menjadi porno media
Istilah yang sering digunakan :
1. Pornografi, gambar atau perilaku pencabulan yang lebih bnayak menunjukan tubuh / alat kelamin manusia dan pornografi ini biasanya diperoleh dalam bentuk foto, poster, lilflet, video, dan sebagainya.
2. Porno teks, karya pencabulan yang ditulis sebagai naskan cerita/berita dalam berbagai versi.
3. Pornoduara, suara yang diucapkan baik secara halus/vulgar untuk merayu seksual
4. Pornoaksi, penggambaran aksi/gerak tubuh dangan penonjolan tubuh yang dominan yang memeberi rangsangan seksual.
5. Pornomedia, delam konteks media massa, poin-poin yang disebutkan sebelumnya saling berkaitan dipornomedia meliputi realitas porno yang diciptakan media.

3.      Konstruksi Sosial Pornomedia
Sosial media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam mengkonstruksi agenda pemberitaan di masyarakat. Media menyebarkan informasi yang sangat cepat, luas, serentak, suddenly, dan dapat mengkonstruksi citra yang amat berkesan terhadap objek pemberitaan. Ketika pornomedia digunakan sebagai obek, maka informasi tersebut tersebar begitu cepat dan mengkonstruk pengetahuan masyarakat yang melalui tiga proses, pertama, eksternalisasi terhadapa objek dan proses pencabulan terjadi dengan cepat akibat dari penyesuaian diri. Kedua, objektivitas dimana masyarakat informasi terbuka dengan pola-pola interaksi. Ketiga, proses internalisasi dimana masyarakat teobjektivitas dengan pornomedia.

C.   Kekerasan Perempuan Di Media Massa

1.      Citra Kekerasan Perempuan
konstruksi media melalui titik fokus, karena posisi perempuan menjadi sumber inspirasi dan juga tambang uang yang tidak ada habis-habisnya.
2.      Kekuasaan Laki-Laki Atas Perempuan
Di dunia media massa budaya pariarki sangat kental terasa kekuasaan laki-laki sangat kental didalamnya. Bisa dikatakan inilah bentuk new media yang mengkapitalisasi tubuh wanita. Kita bisa ambil cotoh kasus mengenai banyak iklan. Banyak bertebaran tubuh wanita yan dipampang sebagai bahan iklan, dengan tujuan apa agartubuh yang dikatakan seksi dalam kacamata-mainstream itu bisa menarik para lelaki. Budaya maskulinitas menguasai media dan secara tidak langsung melakukan eksploitasi terhadap tubuh perempuan.

D.    Pembunuhan Karakter

Sering terjadi dalam media massa bahwa mereka melakukan pengadilan media massa. Dimana mereka memberikan seseorang telah melakukan kejahatan tanpa adanya konfirmasi. Dampak dari kegiatan semacam ini sangat berbahaya bagi nama baik keduanya keluarga korban, apalagi jika pemberitaan sudah berskala internasional, maka nama baik negara tersebut dapat tercoreng. Ketidaktahuan media dengan kualitas dari jurnalis menjadi salah satu faktor terjadinya kejahatan ini.

E.    Tayangan Dan Pemberitaan Yang Tidak Bermutu

Media massa jelas-jelas menyebarkan konten kekerasan, porno-media, maupun sering melakukan pembunuhan karakter terhdap seseorang, yang acap kali menayangkan atau memeberitakana informasi-informasi yang tak bermutu, dan tidak bermanfaat bagi masyatakat. Hal tersebut tentu sangat berbahaya bagi masyarakat. Namun tentu orang media memiliki jawaban untuk persoalan-persoalan tersebut. Sehingga mereka menjadi media yang kapitalis.




Rabu, 15 Maret 2017

TENTANG KOMUNIKASI ANTARPERSONAL MARTIN BUBER

TENTANG KOMUNIKASI ANTARPERSONAL MARTIN BUBER


            Buber (1970) mendifinisikan komunikasi antarpersonal sebagai proses yang selektif,sistemik, unik, dan transaksional  yang memungkinkan orang untuk merefleksikan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptkan makna bersama-sama.

Fitur-fitur Komunikasi Antarpersonal Menurut Buber

1.      Selektif
Selektif ialah fitur komunikasi yang memilih siapa yang akan berkomunikasi secara akrab dan intim.
2.   Sistematik, setiap orang merasa berkomunikasi “dengan” orang lain , bukan “kepada” orang lain hal tersebut menjadikan komunikasi antarpersonal secara tersistem, kebudayaan komunikasi antarpersonal juga bisa memperngaruhi orang cara berkomukasi.
3.  Unik, yang terjadi dalam keunikan ini karena setiap orang berkomunikasi mempertimbangkan interaksi dan relasi antarpersonal dengan segala kekurangan dan kelebihannya yang tak tergantikan.
4.    Prosesual, komunikasi antarpersonal merupakan proses yang berkesinambungan dimana setiap orang yang terlibat di dalamnya menjadi lebih pribadi karena berkembang dari waktu ke waktu.
5.     Transaksional bersifat menyiratkan bahwa tanggung jawab komunikator adalah berbagai efektifitas komunikasi di antara mereka.
6.      Menciptakan makna
Makna sangat penting bagi komunikasi antarpersonal di mana ketika dua orang berkomunikasi antapersoanal maka akan terjadi bahwa kedua orang itu membagi makna pesan dengan mencari tahu apa yang di ucapkan. Hal yang terpenting dari makan ialah terletak pada isi dan hubungan.

Komunikasi Yang Kontinum

1.      Komunikasi I-IT
Komunikasi ini terjadi dimana kita memperakukan orang lain sangat impersonal, hampir sebagai objek, interaksi ini hanya sebagai keperluan semata.
2.      Komunikasi I-YOU
Komunikasi ini terjadi ketika kita mengakui satu sama lain sebagai orang, lebih dari sekedar objek, tetapi orang lain di sini benar-benar terlibat satu sama lain sebagai individu yang unik.
3.      Komunikasi I-Thou
Berasumsi bahwa di antara dua pihak sudah ada kepercayaan sehingga ada kecendrungan untuk saling mengungkapkan berbagai informasi lain di luar informasi tentang peran sosial tersebut. Jadi memulai memasukkan informasi yang bersifat pribadi atau aspek lain diri kita kepada orang lain.

Selasa, 14 Maret 2017

BEBERAPA SUDUT PANDANG TERHADAP DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPERSONAL

BEBERAPA SUDUT PANDANG TERHADAP DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPERSONAL


Begitu variatifnya definisi komunikasi antarpersonal disebabkan karena berangkat dari perspektif atau perbedaan sisi yang ditekan dari suatu konteks komunikasi antar personal. Beberapa perspektif antarlain:

1. Tekanan pada kebutuhan antar personal

Kebutuhan social:  komunikasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan social komunikan dan komunikator. Terdapat tiga kebutuhan social: 1)afeksi, kebutuhan menyatakan kasih dan menerima cinta. 2)inklusi-terlibat dan dilibatkan orang lain 3) control-kebutuhan untuk mempengaruhi
Tujuan praktis: komunikasi antar personal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kebutuhan ini seperti Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow.

2. Tekanan pada Saluran

Komunikasi antar personal juga tidak terhindarkan dari penggunaan computer sebagai medianya. Hal ini berdampak pada salah satunya keefektifan komunikasi bergantung pada strategi penggunaan computer sebagai saluran.

3. Tekanan pada transaksi

Sifat komunikasi transaksional, yakni bahwa kita tidak berkomunikasi kepada orang lain. Melainkan dengan orang lain. Artinya keefektifan komunikasi merupakan buah dari upaya bersama komunikan dan komunikator. Dan bahwa komunikan dan komunikator adalah subjek yang dituntut untuk aktif.
Komunikasi I-Thou, kualitas komunikasi merupakan hal yang membedakan komunikasi antar personal dengan yang lainnya. Interaksi dalam komunikasi ini bisa bermulai dari impersonal sampai personal. Ada tiga level interaksi: 1. I-IT, di mana rang lain ditempatkan sebagai objek 2. I-YOU memeprlakukan orang lain sebagai objek sekaligus manusia yang unik 3. Memperlakukan orang lain sebai subjek, unik, dan ini bersifat humanis

4. Tekanan pada penggambaran konsep diri

Perspektif ini berintikan bagaimana membentuk diri di benak lawan bicara melalui komunikasi yang dilakukan. Adapun beberapa teori antara lain reflected asppraisal theory, face negotiation theory, presenting self theory.

5. Tekanan pada seri interaksi

Perspektif ini menjelaskan bahwa dalam komunikasi yang dilakukan orang bisa mendapati tanda baca yang menyatakan kapan mulai, jeda, dan berhenti. Hal lain adalah bahwa penafsiran seseorang atas dunia maupun komunikasi yang dilakukannya berdasarkan pada jenis pekerjaannya. Karena dengan itu tercipta hubungan dan kesadaran sosial.

6. Tekanan pada perasaan

Perspektif ini menyatakan bagaimana penekanan terhadap emosional memiliki dampak pada komunikasi yang dilakukan.

7. Tekanan pada symbol bahasa

Perspektif ini menyatakan bahwa bahasa merupakan symbol. Sedang symbol itu sendiri bisa berbeda pada setiap budaya yang ada. Namun dengan adanya pemahaman atas pluralitas ini hal itu dapat diatasi.

8. Tekanan pada bahasa tubuh

Bahwa dalam komunikasi antar personal terjadi pertukaran simtom atau bahsa tubuh ayng meguatkan bahkan menjelaskan keutuhan suatu pesan.

9. Tekanan pada keterampilan mendengarkan

Perspektif ini menyatakan bahwa mendengarkan merupakan hal yang fundamental dalam kesuksesan komunikasi antar personal

10. Tekanan pada perilaku interaksi dan relasi

Bahwa perilaku dalam interaksi yang dilakukan saat berkomunikasi memiliki beberapa fase dan itu patut untuk diperhatikan.  Selain itu, relasi seseorang dengan orang lain juga perlu diperhatikan sehingga dapat menentukan interaksi yang efektif berdampak pada kesuksesan komunikasi.

11. Tekanan pada teori

Teori-toeri yang lahir dari perspektif ini berlandaskan pada teori-teori social seperti teori Pertukaran Sosial. Di mana orang berkomunikasi dengan pertimbangan untung rugi dan lainnya.

12. Tekanan pada pesan informasi

Bahwa dalam komunikasi, orang-orang melakukan konfirmasi pesan yang disampaikan oleh lawannya. Seperti missal mengangguk setuju atas pesan-pesan yang positif dan sebagianya.

13. Tekanan pada solusi konflik

Bahwa komunikasi memiliki petensi besar untuk menyelesaikan konflik. Beberpa konflik terjadi karena tidak adanya kesepahaman atau karena kegagalan dalam penyampaian. Melalui komunikasilah pemahaman komunikan dan komunikator dipertemukan dan berdialektika.


TIGA PERSPEKTIF DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPERSONAL YANG PALING POPULER

TIGA PERSPEKTIF DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPERSONAL YANG PALING POPULER


Dari beberapa perspektif terhadap definisi komunikasi antarpersonal ternyata ada tiga perspektif yang paling populer sebagaimana diuraikan berikut ini. (Miller, 1987; Bocher,1978)
1.       Perspektif Situasional
Miller (1990) berpendapat bahwa perspektif situasional adalah perspektif substantif pertama yang muncul dengan tema sentral “sifat komunkasi antarpersonal” (perspektif ini diperkirakan muncul pada akhir tahun 1960-an). Perspektif ini paling berpegaruh sampai taun 1970-an, namun dikritik karena asal usul pendektan situasional tidak jelas.
Perspektif ini membedakan jenis komunikasi atas dasar fitur dari konteks  komunikatif, beberapa fitur yang dianggap paling penting adalah jumlah komunikator, kedekatan fisik antara komunikator dengan komunikan, ketersediaan saluran sensorik yang dapat dipakai (terutama nonverbal), kecepatan umpan balik yang diterima oleh komunikator (Miller, 1978; Trenholm, 1986)
Perspektif situasional telah dikritik secara luas karena kurang mementingkan atau jarang menyoroti fitur interaksi (seperti jumlah aktor dan kuulaitas pengaturan fitur fisik), juga mengabaikan fitur yang lebih substantive seperti negosiasi makna dalam pertukaran pesan yang telah dilakukan.
Miller juga menyatakan bahwa perspektif ini menampilkan keprihatinan historis karena kurang memperhatikan jumlah orang dalam konteks komunikasi. Atau, perspektif ini tidak mempertimbangkan fitur konteks komunikasi (seperti kualitas hubungan antara peserta) yang mungkin lebih berpengaruh terhadap proses dan hasil komunikasi.(Miller. 1976)
2.      Perspektif Pengembangan
Ketika menanggapi kekurangan dari perspektif situasional, Miller (1976, 1978, 1990; Miller & Steinberg, 1975) mengusulkan alternatif yang lain , yaitu “perspektif pengembangan” (developmental perspective) (Stewart, 1973). Perspektif  ini dimulai dengan melihat perbedaan antara komunikasi “impersonal” dan komunikasi antarpersonal. Para partisipan dalam komunikasi impersonal selalu berinteraksi sesuai dengan posisi mereka, yaitu peran sosial tertentu, dan tidak tampil sebagai pribadi seutuhnya. Artinya juga perspektif  pengembangan lebih mengutamakan pengaruh keberadaan  pesan yang berkembang dari basis budaya dan sosiologis ketimbang pesan yang berbasis psikologis.
Sebaliknya, dalam komunikasi antarpersonal, para peserta berinteraksi satu sama lain sebagai orang-orang dengan pribadi yang unik, artinya pesan-pesan yang mereka pertukarkan telah berkembang “melampaui” peran sosial peserta, misalnya pesan yang melampaui basis psikologis (misalnya, ciri-ciri pembeda seperti disposisi, sikap, atau perasaan).  Contoh, pada umumnya ketika dua orang baru pertama kali bertemu maka mereka berkomunikasi secara impersonal dan komunikasi itu akan terus berkembang  ke arah komunikasi personal. Tanda tentang pengembangan itu dapat terlihat melalui pergeseran tema pesan dari impersonal ke pesan personal.
Roloff dan Anastasiou (2001) mengemukakan bahwa pespektif pengembangan lebih menekankan pada konteks hubungan intim atau “dekat” ditinjau dari perspektif komunikasi antarpersonal (Salomo & Vangelisti, 2002).
Perspektif  ini  mendapat penerimaan luas sehingga telah dijadikan sebagai panduan dalam membangun beberapa teori kontemporer yang sangat bermanfaat bagi penelitian komunikasi antarpersonal.
Beberapa kritikus berpendapat bahwa term kedekatan dan keintiman interaksi tidak boleh dipandang sekedar interaksi yang bersifat asosiasi yang signifikan dalam kehidupan antarpersonal melainkan harus dipandang sebagai komunikasi antarpersonal yang dilakoni oleh pribadi-pribadi berdasarkan peran tertentu. (Capella, 1987)
Kritik terhadap perspektif pengembangan ini justru membuat perspektif ini semakin berpengaruh terhadap komunikasi antarpersonal.


3.      Perspektif Interaksional
Perspektif interaksional memperlakukan sebagian besar, jika tidak semua, kasus interaksi sosial sebagai contoh komunikasi antarpersonal. Berarti pula bahwa perspektif ini lebih fokus pada pembongkaran sifat  dan implikasi dari interaksi manusia daripada mencoba untuk mengidentifikasi esensi komunikasi antarpersonal semata.
Capella menjelaskan bahwa komitmen penting dari perspektif ini adalah karakter interaksional dari komunikasi antarpersonal, bahwa untuk sesuatu yang disebut sebagai komunikasi antarpersonal yang layak maka setiap orang harus memengaruhi pola perilaku orang lain di mana perilaku itu dapat diamati, paling tidak pola perilaku relatif yang dianggap sebagai pola perilaku dasar atau pola perilaku yang khas.
Dapat dikatakan komunikasi antarpersonal jika dua pihak, ketika mengemukakan gagasan di antara mereka selalu mengekspresikan pesan-pesan dengan simbol-simbol yang mewakili maksud tertentu-yang keluar dari dalam diri pribadi (internal), lalu mereka menciptakan makna bersama agar mencapai tujuan komunikasi (Motley, 1990). Yang dibutuhkan adalah tujuan utama dari definisi komunikasi antarpersonal yang mampu mempersempit domain konsep-konsep dengan tidak memasukan fenomena lain yang berada di luar kisaran yang diinginkan (seperti interaksi dari peserta yang berkekurangan secara fisik atau psikologis dalam setiap pertukaran pesan). Masuknya fenomena luar justru menciptakan kebingungan dan mengaburkan perbedaan-perbedaan penting yang seharusnya diketahui.

Ketiga perspektif tersebut meskipun menyumbangkan wawasan penting tentang sifat komunikasi antarpersonal, namun mereka semua memiliki keterbatasan signifikan dan tidak memberikan landasan optimal untuk pembetukan teori, mendorong penelitian, dan memberikan bahan dasar yang cukup bagi pengajaran komunikasi antarpersonal. Bahkan ketiga perspektiif tersebut kehilangan fokus pada apa yang tampaknyaa penting, yang seharusnya ada, bagi gagasan komunikasi antarpersonal, yaitu produksi pesan dan interpretasi pesan. 

Rabu, 01 Maret 2017

Biro Iklan

Biro Iklan

Dalam kitab Etika Pariwara Indonesia (EPI), biro iklan (advertising agency) diartikan sebagai suatu organisasi usaha yang memiliki keahlian untuk merancang, mengkoordinasi, mengelola, dan atau memajukan merek, pesan, dan atau komunikasi pemasaran untuk dan atas nama pengiklan dengan memperoleh imbalan atas layanannya tersebut. Dengan demikian, perusahaan periklanan adalah termasuk kategori perusahaan jasa. Bisnis periklanan di Indonesia termasuk salah satu bisnis yang berkembang cukup pesat. Jumlah anggota Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dari tahun ke tahun menunjukan kenaikan (total per akhir 2005 terdaftar 412 perusahaan periklanan di seluruh Indonesia dengan nyaris 50%-nya berada di DKI Jakarta).

Media massa baru juga semakin bermunculan, baik itu stasiun TV maupun media cetak. Semakin banyak pula perguruan tinggi yang membuka jurusan periklanan, komunikasi, disain grafis dan sejenisnya selain kursus-kursus singkat mengenai berbagai keahlian dalam bekerja di perusahaan periklanan. Berkarir di biro iklan bagi sebagian orang dianggap menarik karena biro iklan dianggap tempat kerja yang kreatif, dinamis dan berjiwa muda. Walaupun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya bekerja di biro iklan juga memiliki tingkat stress kerja yang cukup tinggi.



Pengertian Biro Iklan

Sebelum mendefinisikan biro iklan, marilah kita membedah pengertian dari iklan itu sendiri.
Dalam Kamus Istilah Periklanan Indonesia, terdapat dua pengertian iklan. Pertama, iklan adalah “pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media (pers, radio, televisi, bioskop, dll.) yang bertujuan membujuk untuk melakukan tindakan membeli atau mengubah perilakunya.” Kedua, iklan adalah “sarana dan alat pemasaran produk maupun jasa.”
Biro iklan adalah “perusahaan yang merencanakan dan menyelenggarakan kampanye periklanan dan yang bertindak atas nama kliennya. Secara hukum, biro bukanlah sebuah agen melainkan kontraktor yang berdiri sendiri—biro dapat melaksanakan kontrak dengan pihak media atas namanya sendiri.”
Secara umum, sebuah biro iklan adalah perusahaan yang berperan sebagai perantara, medium, antara klien yang hendak memasang iklan dan media. Sebuah biro iklan terdiri dari sekumpulan tenaga profesional yang memiliki bakat dan kemampuan pada bidangnya masing-masing, yang menciptakan sesuatu yang baru yang berhubungan dengan brand perusahaan dan peningkatan penjualan.

Sejarah Singkat Biro iklan

Dalam bukunya, Periklanan – Edisi Ketiga, Frank Jefkins menjabarkan, biro iklan pertama didirikan pada awal abad kesembilan belas dan biro iklan Inggris pertama, yakni White’s, didirikan di London sekitar tahun 1800. Iklan yang dikerjakan oleh biro iklan pelopor itu mula-mula hanya untuk mempopulerkan lotere-lotere resmi yang dikelola pemerintah. Selanjutnya, White’s bertindak sebagai biro iklan resmi untuk kepentingan Kantor Urusan Perang (War Office), Angkatan Laut Kerajaan, Komisi Narapidana Kerajaan (His Majesty’s Commisioner for Prisons), Kantor Urusan Koloni (Colonial Office), dan yang terakhir, Crown Agents. Sebagian besar iklan-iklan yang ditanganinya adalah iklan rekruitmen.
Pada awalnya, biro-biro iklan tersebut tidak lebih dari makelar ruangan, yang menjual ruang-ruang iklan di surat kabar secara freelance. Setelah produksi surat kabar berkembang lebih baik, dengan jenis dan model huruf yang lebih beragam, serta sejak diperkenalkannya ilustrasi-ilustrasi, pialang-pialang ruang iklan tersebut mulai terjun bersaing dengan menawarkan jasa-jasa yang lebih luas seperti copywriting dan pembuatan desain iklan. Sebelumnya hanya ada satu jenis huruf saja yang digunakan dalam suatu penerbitan, dan satu-satunya pilihan untuk iklan yang siap pakai adalah mengulang baris iklan yang itu-itu saja; walaupun iklan tersebut lebih menarik perhatian dari pada pesan-pesan biasa, akan tetapi tetap saja kurang imajinatif. Dalam keadaan seperti inilah biro iklan kreatif lahir. Hal ini bertolak dari tuntutan keadaan, karena para pemasang iklan tentunya ingin membeli ruang iklan lewat biro yang menawarkan ide terbaik. AE (accounting executive) yang dahulu disebut contact man, mulai memainkan peran penting. Setelah Peran Dunia Kedua berakhir, biro iklan modern berkembang secara pesat dengan menyediakan berbagai macam layanan baru seperti pemasaran, riset pemasaran, dan juga perencanaan media, setelah data-data statistik media tersebut tersedia.
Dengan lahirnya iklan (siaran niaga) di televisi pada tahun 1955, maka layanan yang disediakan oleh biro-biro iklan pun bertambah lagi, sedemikian rupa sehingga biro-biro iklan yang paling besar, yakni yang menangani barang-barang produksi secara massal, adalah biro-biro iklan yang sanggup menangani dan menjual iklan-iklan di radio serta televisi.

Peran Bio Periklanan

Peran utama sebuah biro iklan adalah merancang dan melakukan advertising campaign(kampanye periklanan) bagi kliennya. Namun, ruang lingkup peranan  biro iklan saat ini semakin bervariasi, tergantung jenis biro iklan tersebut. Ada biro iklan serbabisa yang menyediakan berbagai jenis layanan, ada pula yang hanya berkonsentrasi pada satu bagian, seperti menawarkan media, mendesain dan menyediakan pelayanan khusus bagi klien atau jenis iklan tertentu.

Secara garis besar, peranan biro iklan dapat dibagi menjadi:
 A.  Biro Sebagai Penanggung Jawab
Status hukum sebuah biro iklan adalah “biro bertindak sebagai penanggung jawab” sehingga secara hukum bertanggung jawab atas pembayaran dimuatnya iklan di media. Oleh karena itu, biro iklan bisa saja mengalami kerugian dan, dalam beberapa kasus, mengalami kebangkrutan akibat sejumlah klien gagal melaksanakan kewajiban pembayaran, karena memang biro iklan tersebut bertanggung jawab atas tagihan pembayaran atas nama kliennya.
 B.  Biro Sebagai Perantara
Dalam menjalankan tugasnya sebagai perantara antara pemasang iklan dan media, peranan biro iklan dibagi menjadi dua, antara lain:

1.    Biro iklan menawarkan jasa pada klien, jasa tim profesional yang terlatih dalam bidang advertising, termasuk staf yang dapat menyediakan layanan-layanan pelengkap, seperti dalam produksi film dan video-making, penanganan aspek-aspek kreatif dan seni, fotografi, percetakan, layout setting, dekorasi, riset pemasaran, dan lain-lain.
2.  Biro iklan menawarkan pada pihak media jasa untuk memperjual-belikan ruang iklan (trading spaces) atau waktu siaran, sehingga pihak media cukup berurusan dengan biro-biro iklan dengan jumlah yang relatif sedikit dibandingkan bila harus melayani secara langsung ribuan pemasang iklan yang ada.

Layanan Biro iklan

Berdasarkan layanan diberikan, biro iklan dapat dibagi menjadi: 

A. Biro Layanan Lengkap

Sejumlah biro iklan besar atau menengah sanggup menjalankan suatu paket kampanye secara lengkap. Mereka biasanya memiliki anak perusahaan atau bekerja sama dengan perusahaan lain yang mengurus riset pemasaran, humas, rekruitmen iklan, atau promosi penjualan. Beberapa dari biro iklan besar ini adalah perusahaan publik yang menjual sahamnya melalui bursa. 

B.  Biro Iklan Kelas Menengah

Biro semacam ini biasanya menangani klien dari hirarki ekonomi menengah. Untuk menekan biaya, biro-biro iklan kelas menengah ini mempekerjakan sejumlah tenaga freelance saat dibutuhkan untuk membantu staf harian mereka, sesuai kemampuan dan jenis pekerjaan yang diterima. Kualitas pekerjaannya juga tidak kalah dengan biro-biro iklan raksasa. Saat ini, banyak tenaga profesional periklanan seperti copywriter dan visualizer kelas wahid yang memilih bekerja tanpa ikatan; sehingga di sinilah kesempatan biro-biro tersebut menggunakan jasa mereka. 

C.  Biro iklan Antarbisnis

Sebagaimana tersirat dari julukannya, biro-biro iklan semacam ini mengkhususkan bidangnya pada iklan-iklan industrial dan barang-barang teknik, yang secara umum digolongkan sebagai iklan antarbisnis—di mana konsumen dan produsen adalah sama-sama perusahaan. Salah satu kiprah biro iklan semacam ini dapat dilihat dalam penyelenggaraan suatu ekspose pers mengenai produk dagang dan barang teknik terbaru atau pameran perdagangan yang ditujukan bagi kalangan terbatas—yaitu hanya perusahaan-perusahaan yang berkepentingan.

 Biro Media Independen
Selama dasawarsa 1970-an, biro-biro iklan yang berkonsentrasi pada pembelian media berkembang menjadi bentuk baru dari dunia biro iklan, yang kemudian disebut media independen. Tidak seperti biro-biro iklan pada umumnya, mereka hanya menangani pemesanan ruang iklan di media. Biro iklan semacam ini menitikberatkan kegiatannya dengan mempertimbangkan dua aspek periklanan; kemampuan menarik dan atau memenangkan khalayak dan pemilihan media yang efektif, ekonomis dan seringkali inovatif.

Biro iklan A la Carte

Biro iklan A la Carte—yang sering pula disebut biro iklan ad hoc—berkembang dari sesuatu yang disebut “bengkel iklan.” Mereka sepenuhnya menangani aspek-aspek kreatif sebuah iklan. Bidang kerjanya meliputi pembuatan iklan untuk produk yang benar-benar baru, pembentukan citra baru nagi produk-produk yang sudah lama bererdar, pembuatan packaging kreatif, dan sebagainya.

Pada umumnya, biro iklan A la Carte hanya berfokus pada satu bidang saja. Jenis-jenis biro iklan A la Carte antara lain: 

A.  Biro Kreatif

Biro iklan khusus yang menyediakan jasa pembuatan cerak-dasar (copy-platform), termasuk tema-temanya, yang nantinya dibawa biro iklan lain untuk disiarkan di berbagai media. Biro ini membuat naskah dan profil iklan media cetak, jingle iklan radio serta rekaman video iklan televisi. 

B.  Biro Pengembangan Produk

Biro ini mengambil alih peran departemen kreatif suatu perusahaan dengan mengerjakan semua urutan pengembangan produk dan cara pemasarannya—mulai dari gagasan awal hingga pembuatan prototype, lengkap dengan kemasan, merek, harga, serta pangsa pasar yang akan dibidik. 

C.  Biro Tanggapan Langsung

Kampanye iklan untuk menjual produk melalui kiriman pos, seperti promosi untuk berlangganan majalah, paket wisata, business trip, kartu kredit, tabungan dan investasi, serta penawaran-penawaran yang bisa digunting dari majalah, ditangani oleh biro iklan tanggapan langsung (direct response agency). 

D.  Biro Insentif dan Premi

Kedua biro ini—biro insentif (incentive scheme agency) dan biro premi (premium agency)—disatukan karena memiliki banyak kemiripan. Keduanya sama-sama membeli serta memasok produk barang dan jasa yang ditawarkan sebagai hadiah atau bonus kepada konsumen, atau sebagai insentif bagi para pekerja di suatu perusahaan. 

E.  Biro Promosi Penjualan

Bidang kerja biro promosi penjualan meliputi segala aspek pemasaran, terutama pengelolaan point-of-sales, antara iklan dan penjual eceran. 

F.  Biro Sponsor

Kegiatan sponsor pada dasarnya selalu melibatkan dua pihak. Yang pertama adalah orang-orang, kegiatan atau peristiwa yang membutuhkan dukungan dana; dan yang kedua adalah perusahaan yang siap memberi bantuan keuangan selama hal tersebut mendukung strategi pemasarannya. Biro sponsor menghubungkan keduanya. 

Pembagian Kerja Biro iklan

Dalam sebuah biro iklan, terdapat para profesional, praktisi dan spesialis yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Namun, pembagian kerja di biro iklan secara umum adalah sebagai berikut:

A.  Account Director
Account director (AD) bertanggung jawab pada dewan direktur di sebuah biro iklan dalam hal rugi-laga, memimpin perundingan unyuk bisnis baru atau bisnis lama yang diperbarui, mengatur kebijakan mengenai account characteristics klien tertentu yang akan diterima atau diprioritaskan oleh biro. AD bertindak sebagai kepala beberapa account executive.

B.  Account Executive
Tugas utama account executive (AE) adalah menjaga hubungan antara biro iklan dengan perusahaan klien. Bukan hanya itu, ia juga harus mempelajari dan sepenuhnya memahami kebutuhan-kebutuhan kliennya, termasuk seluk-beluk bisnis dan sektor industri di mana perusahaan tersebut bergerak.

C. Media Planner
Media planner (MP) dituntut memiliki pengetahuan yang mendalam tentang cakupan dan bobot media yang ada. Banyak sekali media yang dapat digunakan, tetapi, penggabungan media harus dilakukan secermat-cermatnya agar memperoleh dampak iklan yang sebesar-besarnya, dengan biaya seminimal mungkin.

D.  Media Buyer
Keahlian yang diharapkan dari media buyer (MB) adalah mencari tempat dan waktu terbaik pada rate atau tarif media yang paling menguntungkan. MB harus memiliki hubungan yang baik dengan manajer penjualan media karena ia akan secara rutin menawarkan proposal pengiklanan yang cocok dengan alokasi jadwal media tersebut.

E.  Copywriter
Tugas pokok copywriter adalah mengarang kalimat-kalimat iklan yang menarik, catchy, dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Ia harus pandai mengubah kalimat-kalimat penjualan menjadi gagasan penjualan yang persuasif, menciptakan tema atau copy dasar kampanye, dan menghidupkan argumentasi penjualan dengan kata-kata sesedikit mungkin.

F.  Art Director
Dengan wewenang mengepalai sebuah studio, art director biasanya memiliki sebuah tim yang terdiri visualizerlayout artisttypographer, dan sejenisnya. Di biro-biro iklan kecil, semua tugas kreatif dijalankan langsung oleh art director.

G.  Visualizer/Illustrator
Visualizer merupakan rekan kerja copywriter. Ia adalah seniman yang mampu menerjemahkan gagasan copywriter ke dalam visual.

H. Typographer
Typographer adalah pakar yang mengetahui dan memahami karakter dari berbagai jenis tata bentuk huruf dan teks. Ia juga mengetahui bagaimana menggunakan setiap bentuk dan ukuran huruf untuk efek kreatif maupun kepentingan estetik.

I. Production Manager
Manajer Produksi mengorganisir seluruh kegiatan produksi iklan dalam biro berdasarkan jadwal tertentu, sehingga iklan dapat selesai pada waktunya. Ia juga berperan sebagai pengawas lalu lintas (traffic-controller) kerja, serta bertanggung jawab mengkoordinasi semua yang terlibat di dalam produksi iklan tersebut.


Jumat, 24 Februari 2017

Hakikat Komunikasi Antarpersonal

Hakikat Komunikasi Antarpersonal


Komunikasi merupakan sesuatu yang penting karena manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Ada beberapa sebab yang mendorong manusia untuk berkomunikasi antara lain; mempengaruhi orang lain, membangun, mempertahankan hubungan atarpersonal, memperolah pengetahuan, membantu orang, dan komunikasi untuk bermain. Melalui komunikasi manusia juga dapat memperoleh relasi, informasi bahkan eksistensi. Ada berbagai cara bagi manusia untuk berkomunikasi yaitu secara verbal maupun nonverbal. Tercatat dalam “The Boston Globe” bahwa saat ini manusia di dunia memakai hingga 6900 bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa tersebut juga terdiri dari berbagai karakter yang unik dari masing-masing tradisi bahasa yang diturunkan oleh suku atau bangsa suatu daerah. Hal ini merupakan keunikan dari komunikasi dimana dengan adanya bahasa tersebut menjadi sebuah “fasilitas” untuk memudahkan manusia dalam berinteraksi salah satunya adalah dalam kegiatan komunikasi antarpersonal.

Pada awalnya komunikasi antar personal diartikan sebagai komunikasi lisan antar dua atau lebih individu yang saling bertatap muka (face-to-face). Komunikasi antar personal ini dapat meliputi kegiatan bertukar pesan baik secara lisan, tertulis maupun nonverbal. Komunikasi antar personal juga dapat terjadi dalam beberapa jenis komunikasi lainnya seperti komunikasi organisasi, komuniksi kelompok, komunikasi massa.

Berkomunikasi merupakan hal yang esensial karena dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan inti dari kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat membantu kita untuk menyelesaikan masalah, selain itu komunikasi juga dapat meningkatkan relasi dengan orang lain dalam hubungan personal, koelompok, organisasi, komunitas hingga masyarakat. Dengan komunikasi pula manusia dapat menyelesaikan konflik sengketa dan perbedaan pendapat. Karena itu komunikasi adalah konsekuensial dimana bagi orang-orang yang mempelajari ilmu komunikasi pastilah lebih dapat memahami dan dapat menerapkan teori-teori komuniaksi dalam kehidupannya sehingga komunikasi dapat membawa konsekuensi atau akibat terhadap kehidupan.

Dalam komuniaksi antarpersonal terdapat beberapa mitos yaitu; 
(1) Komunikasi antarpersonal selalu bertatap muka, setiap hari, kita pasti selalu melakukan komunikasi antar personal. Seiring berkembangnya zaman, dan muncul berbagai media baru sehingga mendorong beberapa orang untuk memilik berinteraksi melalui media tanpa bertatap muka, tetapi dalam studi komunikasi antarpersonal, tanpa bertatap muka maka tidak terjadi komunikasi antarpersonal. 
(2) Komunikasi antarpersonal=informasi, manusia berkomunikasi memang pada dasarnya untuk mendapatkan informasi. 
(3) Komunikasi antar personal itu nonverbal, dalam sebuah penelitian olwh Albert Mehrabian bahwa 55% komunikasi manusia dapat dimaknai dari bahasa tubuh, 38% adalah suata dan 7% adalah kata-kata. 
(4) Mkna ada dalam kata, makin banyak kata makin jelas, hal ini berarti bahwa “kata” merupakan penduking dari komunikasi yang terjadi natar manusia. Dalam mendeskripsikan sebuah informasi, untuk memperjelas makna yang dimaksud lebih baik menggunakan lebih banyak kata. Sebagai contoh dalam mendeskripsikan buah apel. Jika hanya dideskripsikan dengan 1 kata yaitu “merah” makan hal ini masih terasa ambigu, tapi jika dideskripsikan dengan 3 kata yaitu “buah” “merah” “bulat” maka akan lebih jelas bahwa itu adalah apel. 
(5) Komunikasi antarpersonal seolah fokus pada fakta, dalam komunikasi antarpersonal tentu saja terjadi pertemuan yang bertatap muka, oleh sebab itu tatap muka yang terjadi merupakan fakta dari sebuah informasi yang didapat. 
(6) Komunikasi antarpersonal ibarat “sugar coat bad news” yaitu bagaimana seorang komunikator dapat mengemas informasi yang disampaikan sebaik mungkin tanpa membuat lawan bicara merasa tidak nyaman. 
(7) Komunikasi antarpersonal, mudah karena terjadi sepanjang waktu, mitos ini mengisyaratkan bahwa komunikasi antarpersonal tidak dapat disepelekan, karena orang-orang terus berubah sepanjang waktu. 
(8) Komunikasi antarpersonal berbasis “commonsense”, komunikasi antarpersonal terjadsi secara masuk akal dan memang merupakan kesadaran individu untuk membangun atau menjaga relasi tersebut. 
(9) Komunikasi antarpersonal merupaka sesuatu yang baik, 
(10) Komunikasi antarpersonal sinonom dengan relasi antarpersonal, 
(11) Komunikasi antarpersonal bukan obat untuk menyembuhakan masalah, 
(12) Komunikasi antarpersonal selalu menguntungkan.


STUDI KOMUNIKASI ANTARPERSONAL

Studi komunikasi antarpersonal berawal sejak tahun 1960-an yaitu melalui pakar ilmu psikologi, sosilogi dan antropologi mulai memperkenalkan area studi baru dalam lingkup studi komunikasi. Pada awal tahun 1970, mulai adanya mata kuliah komuniaksi antarpribadi, studi tentang komunikasi antarpribadi pun terus berkembang ditahun 1970-an ini, dengan munculnya berbagai artikel yaitu tentang sejarah perkembangan komunikasi antarpersonal sebagai ilmu dan penelitian, mengeksplorasi konsep komunikasi antarpersonal, dan ulasan teori-teori Komunikasi anatarpersonal. Pada tahun 1974 The International Communication Association (ICA) menerbitkan jurnnal ke 2. Pada tahun 1974 Gerald R. Miller menarik lesimpulan teoritis dari sebagian besar pengujian dari studi empiris yang dilakukan dari penelitian komunikasi antarpersinal. Sifat jurnal tersebut bersifat empiris karena berorientasi pada solisi terhadap maslah komunikasi anatarpersonal. Lalu secara bertahap terjadilah pergeseran dari “speech journalism” ke penelitian komunikasi antarpersonal. Tahun 1978, Gerald R. Miller dan Art Bochner masing-masing menulis pernyataan dan penilaian mereka tehadap komunikasi antarpersonal dan mereka menawarkan empat pendekatan terhadap komunikasi antarpersonal yaitu; (1) The situational approach, (2) The development approach, (3) The law-governed approach, (4) The rules-governed approach. Sejak saat itu lah mulai tahun 1980 studi tentang komunikasi antarpersonal mulai populer dan mulai merambah ke objek bahasan lain seperti konflik antar personal, komunikasi gender, komunikasi nonverbal, dan lain sebagainya, hingga pada tahun 1990 muncul perkembangan lanjutan dari studi komunikasi antarpersonal yaitu komunikasi keluarga dan komunikasi kesehatan.

Dalam perkembangan studi komunikasi antarpersonl terjadi perdebatan terhadap definisi dari komunikasi antarpersonal. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi dari masing-masing peneliti dimana dapat dilihat melalui catatan sejarah dari definisi-definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Bebee & Redmond (2002), komunikasi antarpersonal terjadi antara orang yang memiliki hubungan dekat. Senlanjutnya definisi yang dikemukakan oleh Trenholm dan Jensen (2008) adalah merupakan komunikasi “diad” yaitu terjadi antara dua orang. Ahli lainnya adalah Guerrero (2007) yang membuat definisi komunikasi antarpersonal adalah setiap pertukaran pesan antar orang-orang tanpa memperhatikan hubungan mereka dan pesan tersebut memiliki atau tidak memiliki maksud tertentu. Dalam definisi ini pun tidak membatasi jumlah orang yang berkomunikasi. Menurut Rollof dan Anastasiou (2001) definisi seharusnya mengatur fokus utama dan batas-batas cakupan komunikasi antarpesonal. Saat ini ketika jumlah penelitian komunikasi antapersonal semakin meningkat, para ahli mulai membuat klasifikasi dari studi tersebut, dengan menekankan beberapa hal yaitu; fungsi, konteks, pengembangan tahapan hubungan, jenis/tipe saluran komunikasi, area/topik utama, dan teori-teori komunikasi.

Dalam studi Komunikasi antarpersonal, terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan komunikasi antarpersonal antara lain;
1.      Percakapan
Percakapan atau “conversation ”. percakapan dianggap sebagai pembicaraan informal yang dilakukan sehari-hari, hanyalah masalah konteks. Sebaliknya percakapan yang terjadi didalam  pertemuan resmi yang formal maka percakapan sangatlah penting untuk menentukan suatu hubungan yang berkelanjutan.
2.      Speech act
Merupakan ucapan yang sengaja dibuat untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan.
3.      Kompetensi Komunikasi
Adalah kemampuan untuk berkomunikasi dalam cara yang diterima secara sosial
4.      Self – disclousure
Proses pembuata wahyu internal tentang diri sendiri bahwa orang lain tidak akan tahu sebaliknya.
5.      Perbedaan Gender
Pria dan wanita yang androgini dalam gaya komunikasi mereka daripada mereka yang bergantung pada gaya stereotip maskulin atau feminim lebih sukses dalam interksi mereka dengan orang lain.
6.      Metakomunikasi
Komunikasi tentang tindakan atau proses berkomunikasi yang berfokus pada isi komunikasi. Dalam metakomunikasi terdapat skema yang memudahkan untuk memahaminya lebih lanjut disebut Johari Window; dimana terdapat 4 jendela yang berguna untuk memvisualisasikan proses pengungkapan diri.
(1) Jendela terbuka bermakna apa yang dapat anda lihat seperti fisik, pekerjaan,
(2) jendela tersembunyi berisi informasi tentang diri anda,
(3) jendela buta berisi apa yang orang lain lihat tentang diri anda,
(4) jendela diketahui mencakup informasi, belum ada yang tahu, informasi sebagai potensi namun belum ditemukan.


Banyak peneliti komunikasi terutama peneliti yang berasal dari AS membagi komunikasi dengan yang disebut konteks atau level komunikasi. Secara historis istilah ini muncul setelah adanya perbedaan pendapat setelah mengamati kesenjangan yang terjadi antara “speech communication” dan komunikasi massa. Akibat dari diskusi ini terbentuk dua aliran besar dimana ada yang menitik beratkan komunikasi kearah humanisme dan bagi yang tidak setuju lebih menganggap komunikasi sebagai ranah praktik. Setelah itu mulau muncul beberapa sub bidang  penelitian seperti komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional, hukum komunikasi, dan lain sebagainya. Walzlawick, Beavin, Jackson (1967) mengajukan 3 level komunikasi yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi antarpersonal, dan kelompok. dilihat dari perbedaan tersebut dapat dikatan bahwa level komunikasi menyediakan beberapa cara untuk mengelompokkan teori komunikasi. Menurut Little John, komunikasi sebagai “condition sine qua non” berada dan berperan dalam kehidupan manusia dan tatanan sosial dimana komunikasi tersebut terjadi dalam interpersonal. Antarpersonal kelompok, dan masyarakat. Perdebatan antara “level” dan “konteks” pun tidak pernah berhenti hingga saat ini, tetapi apapun istilahnya, level atau konteks  komunikasi adalah; komunikasi interoersonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Dapat tarik kesimpulan bahwalevel atau konteks komunikasi dikelompokkan melalui; (19 Jumlah komunikator dan komunikan, (2) kedekatan fisik, (3) kesegaran unpan balik, (4) JJumlah saluran yang digunakan, (5) Konteks komunikasi langsung, (6) Derajat formalitas, (7) tujuan komunikasi. Jika dilihat dari kriteria yang dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpersonal perupakan dasar dari komunikasi. Menurut Little John, konteks komunikasi antarpersonal (diad) mempunyai kedudukan dan peranan yang besar dalam terbentuknya semua level komunikasi. Semakin tinggi level komunikasi (semakin melibatkan banyak audience), maka semakin rendah pemanfaatan komunikasi antarpersonal.