Minggu, 05 Februari 2017

Studi Tentang Wujud (Ontologi)

Studi Tentang Wujud (Ontologi)




                Ilmu-ilmu partikular membahas wujud material dari berbagai segi yang berbeda. Namun, di antara ilmu-ilmu ini semua, baik itu ilmu alam, ilmu matematika, ilmu humaniora, tak ada satu pun ilmu yang mengkaji tentang wujud (being) sebagai sebuah totalitas , yaitu wujud mutlak immateril, yang mencakup wujud spiritual(wujud Allah dan Jiwa) serta wujud “rasional” yang ditarik dari akal materi (substansi, aksidensi, dan lain-lain). Oleh karena itu, filsafat bertanggung jawab terhadap kajian “wujud” ini  dan berusaha untuk mengetahui berbagai seginya, agar memenuhi kebutuhan manusia yang tak bisa di penuhi oleh ilmu-ilmu partikular.

Pentingnya kajian Ontologi

                Meskipun kajian ini merupakan kajian filsafat yang paling awal dan yang paling besar secara keseluruhan, namunia telah mendapatkan serangan keras bukan hanya dari kalangan ulama, tapi juga oleh sebagian filsuf sendiri. Meski demikian, ia masih tetap eksis karena kebutuhan manusia terhadapnya, hal ini menunjukan betapa pentingnya kajian ini dan tentu saja dampaknya bagi manusia. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyediakan sejumlah proposisi dan hukum yang berkaitan dengan fenomena-fenomena tertentu dan tidak bisa memberikan sebuah penafsiran yang komprehensif tentang alam. Ilmu pengetahuan hanya membahas peristiwa dan fenomena yang dapat di indera dan masih tersisa banyak hal yang lebih dalam daripada itu yang tidak bisa dikajinya.

Misalnya, tentang “prinsip pertama” dan “sebab pertama” dari segala sesuatu. Hal-hal seperti ini tidak bisa kita abaika, karena pengabaian kita terhadapnya berarti pengabaian terhadap pemikiran kemanusiaan secara umum.

Senin, 22 Agustus 2016

Pragmatisme

Pragmatisme




  • Pragmatisme biasa juga disebut dengan filsafat praktis filsafat aplikasi praktis. Asal mula penamaan filsafat ini adalah oleh filsuf Amerika Charles Sanders Peirce (1839-1914). Penamaan ini diambil dari bahasa yunani yang berarti pekerjaan atau perbuatan.

  • Pragmatisme adalah filsafat asli Amerika. Ketika anda mendengar kata pragmatisme, maka akan terlintas dalam benak anda pemikiran tentang Amerika, karena keduanya mempunyai keterikatan antara sifat dan objek yang disifati. Sifat ini menggambarkan masyarakat Amerika, dimana kedudukan individu bersatu bukan dasar asal-usulnya, tapi atas dasar kerja produksi yang dilakukannya. Oleh karena itu konsep ini dikalangan bangsa Amerika menjadi terkait dengan kerj. Muncullah banyak filsuf dari berbagai bidang kerja. Jika salah seorang di antara mereka berbicara, maka ia berbicara tentang pengalaman pribadi, bukan mengutip dari buku-buku yang dibacanya, atau referensi-referensi yang menjadi alat bantunya. Dengan gambaran seperti ini, jadila filsafat pragmatisme bersifat demokratis di kalangan manusia, bersatu dan berbaur dangan segala problematikanya. Mereduplah sudah aristokrasi pemikiran yang dihidupkan oleh para filsufnya di menara-menara tinggi bersama pemikiran-pemikiran mereka, dimana mereka melihat alam kosmik dari ketinggian dan menggambarkannya sesuai dengan pemikiran yang ada dalam benak mereka.

  • Filsafatkerja atau pragmatisme ini bukan barang baru yang terputus dari historisitas masa lalu. Ilmuwan paling masyur dari filsafat ini adalah William James, yang menyebutkan hal itu dalam salah satu bukunya bahwa filsafat pragmatisme adalah nama baru untuk cara berfikir (episteme) lama. Denganini, ia memaknai filsafta pragamatisme kembali pada asalnya, yakni di Amerika sangat erat hubungannya dengan filsafta inggris, sehingga bisa dikatakan bahwa pada awalnya filsafat pragmatisme merupakan pengambangan dari filsafat inggris sebelum karakter pemikiran Amerika yang tipikal menjadi jelas. Meskipun filsafta Khas Amerika (pragmatisme) terpengaruh oleh filsafatinggris dalam berbagai orientasinya terhadap realitas dan dalam keteguhannya berpegang pada pengalaman inderawi (persepsi), namun berbedaan antara keduanya sangat juga sangat besar. Perhatian filsafat inggris dicurahkan pada karakter pengetahuan serta menguraikan hubungan antara berbagai hal yang bersifat eksternal dan pengaruh-pengaruh yang diciptakannya atas indera kita, sedangkan perhatian pragmatisme dicurahkan pada produk-produk yang lahir dari pengetahuan itu. Seorang filsuf inggris bertanya, “bagaimana pengetahuan itu lahir?”, sedangkan seorang filsuf pragmatisme Amerika menjawab bertanya, “apa produk-produk yang tercipta dari konsep ini dalam realitas?”


  • Meskipun demikian, filsafat empirisme juga memiliki perhatian terhadap lapangan ilmu danetika. Standar keabsahan sebuah asumsi ilmiah adalah produk-produk yang lahir darinya. Jika produk-produk tersebut sejalan dengan realitas, maka asums itu benar. Sebaliknya, jika tidak sesuai maka asumsi itu salah. Adapun yang berkenaan dengan etika, perbuatan utama menurut mereka adalah pekerjaan yang memebawa jepada produk-produk praktis yang membantu manusia. Akan tetapi, filsafta pragmatismelebih memperluas cakupannya pada wilayah aplikasi praktis. Ia tidak hanya terbatas padabidang ilmu dan etika saja, namun juga mencakup lapangan pemikiran seluruhnya.

Kamis, 28 Juli 2016

Tentang Tasawuf dan Cinta Tuhan Al-Ghazali

Tentang Tasawuf dan Cinta Tuhan Al-Ghazali


Sejak abab III H atau sebelumnya, kaum-kaum saleh dari kalangan muslim merespon ayat-ayat Al-Qur’an yang mendeskripsikan Allah dengan sifat-sfiat keindahan, erupa kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, cinta dan simpati kepada mereka serta memberikan ampun terhadap dosa-dosa mereka. Oleh karena itu, di hati para orang-orang saleh, rasa cinta kepada Allah menempati rasa takut kepada-Nya. Akan tetapi, ada beberapa atau sebagian kelompok muslim mengingkari bahwasanya Allah mencintai hamba-Nya atau hamba-Nya mencintai Allah secara hakiki, dan mengatakan bahwa isyarat yang ada dalam syara’ mengenai hal itu tidak lebih dari semacam metafora, karena cinta memiliki manifestasi-manifestasi yang tidak cocok bagi Dzat Allah, seperti rindu, intimasi, munajat dan musyahadah. Yang dimaksud dengan kecintaan terhadap Allah adalah ketaatan kepada-Nya dan senantiasa mengabdi kepada-Nya, sedangkan yang dimaksud mahabbah Allah kepada hamba-Nya adalah perlindungan dan rahmat-Nya.

Al-Ghazali berusaha meletakkan asas rasional bagi cinta manusia kepada Allah, lalu beliau membagi mahabbah kepada lima macam seraya mengatakan bahwa kesempurnaan dan kesatuan macam-macam mahabbah ini tidak digambarkan kecuali dalam cinta terhadap Allah. Jenis-jenis dari mahabbah itu sendiri sebagai berikut : mahabbah kepada wujud, mahabbah seseorang kepada wujud yang kembali kepadanya secara berkesinambungan, mahabbah seorang muhsin (orang yang berbuat kebaikan) kepada orang lain, mahabbah segala keindahan dalam zatnya serta mahabbah seseorang kepada orang lain yang berhubungan dengannya.


Al-Ghazali berpendapat jika seorang hamba mencintai yang wujud, maka ia telah mencintai Allah karena Dialah yang memberikan wujud tersebut dan Dialah yang melanggengkan wujud atas hamba. Jika seseorang mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, maka ia telah mencintai Allah Yang Maha Bebuat Baik dan Memberi Nikmat. Jika ia mencintai keindahan, maka ia telah mencintai Allah karena Dialah yang indah secara hakiki. Adapun jenis kelima, Al-Ghazali melihat bahwa hubungan ditemukan antara hamba dengan tuhannya karena di dalam diri hamba terdapat ruh (spirit) yang merupakan urusan Allah dan karena ruh itulah manusia berhak menjadi wakil Allah di muka bumi sebagaiman berhak dihormati oleh malaikat.

Selasa, 26 Juli 2016

Aliran-aliran Filsafat Kontemporer Terpenting

Aliran-aliran Filsafat Kontemporer Terpenting



1.  Idealisme
Para penganut ini berpendapat bahwa segala entitas materiil, tidak mungkin dapat di ketahui kecuali dalam bentuk gambaran rasional. Di antara tokoh aliran ini adalah Bradley dari Inggris.

2.  Pragmatisme
Aliran ini muncul di Amerika. Pendirinya adalah Charles Sander Peirce, sementara tokoh paling terkenal  dari aliran ini adalah William James.

3.  Materialisme
Aliran baru ini muncul sebagai akibat dari kebiasaanpara ilmuwan membatasi kajian-kajian mereka pada hal inderawi saja. Hal kemudian menjadikan para partisan aliran ini cenderung mengingkari hal-hal yang tak dapat di indera. Mereka mengklaim bahwa segala sesuatu di alam ini adalah materi dan gerak. Tokoh sekaligus pendiri aliran materialisme-dialektis adalah Karl Marx.

4.  Positivme Logis
Tokoh dalam aliran ini adalah Rudolf Carnap dari Amerika dan Alfred Jules Ayer dari Inggris.

5.  Atomisme Logis
Urgensi aliran filsafat ini menururt para penganutnya adalah usaha untuk mengembalikan berbagai ide (konsep kepada unsur-unsur pertamanya serta mengembalikan semua entitas  kepada unsur-unsur sederhana yang tidak bisa di bagi-bagi lagi. Di antara tokoh Atomisme Logis ini adalah George Edward More (1873-1958 M), Bertrand Rusell (1872M) serta Ludwig Wittgenstein (1889-1951) dai samping para filsuf analitik dan para linguis kontemporer yang mengikuti mereka.

6.  Fenomenologi
Aliran ini berusaha mengambil jalan tengah anatara aliran idealisme dan aliran realisme. Tokohnya yang paling terkenal adalah Edmund Husserl (1859-1938 M) yanpada awalnya adalah seorang ahli matematika. Karena matematika itulah, ia tertarik untuk mendalami filsafat. Dialah yang meletakkan wujud realis dari setiap entitas dalam “tanda kurung” meminjam isltilah sendiri untuk membatasi karakteristik (esensi) dari entitas tersebut.

7.  Eksistensialisme
Para penganut aliran ini berusaha untuk mengkaji wujud manusia dan segala persoalan hidupnya. Tokoh pada aliran ini adalah Jean Paul Sartre.